Jumat, 06 Maret 2015

BATIMETRI BAB II

Sepdian Syafikri 23-2014-028 @fikriflux


DASAR TEORI

  
2.1.       PENGUKURAN DETAIL SITUASI TOPOGRAFI
Pengukuran ini dimaksudkan untuk mendapatkan model ketinggian dan tutupan lahan yang berada disekitar Waduk Jatiluhur yang nantinya akan digabungkan dengan hasil pemeruman Waduk Jatiluhur. Pada pengukuran ini alat yang digunakan adalah 1 unit electronic total station.

2.2.       PENGUKURAN BATIMETRI
Batimetri (dari bahasa Yunani: βαθυς, berarti “kedalaman”, dan μετρον, berarti “ukuran”) adalah ilmu yang mempelajari kedalaman di bawah air dan studi tentang tiga dimensi lantai samudra atau danau. Sebuah peta batimetri umumnya menampilkan relief lantai atau dataran dengan garis-garis kontor (contour lines) yang disebut kontor kedalaman (depth contours atau isobath), dan dapat memiliki informasi tambahan berupa informasi navigasi permukaan.
Awalnya, batimetri mengacu kepada pengukuran kedalaman samudra. Teknik-teknik awal batimetri menggunakan tali berat terukur atau kabel yang diturunkan dari sisi kapal. Keterbatasan utama teknik ini adalah hanya dapat melakukan satu pengukuran dalam satu waktu sehingga dianggap tidak efisien. Teknik tersebut juga menjadi subjek terhadap pergerakan kapal dan arus
Metode akustik merupakan proses-proses pendeteksian target di laut dengan mempertimbangkan proses-proses perambatan suara; karakteristik suara (frekuensi, pulsa, intensitas); faktor lingkungan / medium; kondisi target dan lainnya. Aplikasi metode ini dibagi menjadi 2, yaitu sistem akustik pasif dan sistem akustik aktif. Salah satu aplikasi dari sistem aplikasi aktif yaitu Sonar yang digunakan untuk penentuan batimetri. Sonar (Sound Navigation And Ranging): Berupa sinyal akustik yang diemisikan dan refleksi yang diterima dari objek dalam air (seperti ikan atau kapal selam) atau dari dasar laut. Bila gelombang akustik bergerak vertikal ke dasar laut dan kembali, waktu yang diperlukan digunakan untuk mengukur kedalaman air, jika c juga diketahui (dari pengukuran langsung atau dari data temperatur, salinitas dan tekanan).Ini adalah prinsip echo-sounder yang sekarang umum digunakan oleh kapal-kapal sebagai bantuan navigasi. Echo-sounder komersil mempunyai lebar sinar 30-45o vertikal tetapi untuk aplikasi khusus (seperti pelacakan ikan atau kapal selam atau studi lanjut dasar laut) lebar sinar yang digunakan kurang 5o dan arahnya dapat divariasikan. Walaupun menunjukkan pengaruh temperatur, salinitas dan tekanan pada laju bunyi dalam air laut (1500 ms-1) relatif kecil dan sedikit perubahan pada c dapat menyebabkan kesalahan pengukuran kedalaman dan kesalahan sudut akan menambah keburukan resolusi.
Teknik echo-sounding untuk menentukan kedalaman dan pemetaan dasar laut bertambah maju dengan berkembangnya peralatan sonar seperti SeaBeam dan Hydrosweep yang merupakan sistem echo-sounding multi-beam yang menentukan kedalaman air di sepanjang swath lantai laut di bawah kapal penarik, menghasilkan peta-peta batimetri yang sangat detail. Sidescan imaging system, sperti GLORIA (Geological Long Range Inclined Asdic), SeaMARC, dan TOBI (Towed Oceand Bottom Instrument) menghasilkan fotografi aerial yang sama atau citra-citra radar, menggunakan bunyi atau microwave. Echo-sounding banyak juga digunakan oleh nelayan karena ikan menghasilkan echo, dan kawanan ikan atau hewan lain dapat dikenali sebagai lapisan-lapisan sebaran dalam kolom air (Supangat, 2003).

2.3.       PEMERUMAN/ SOUNDING
Pemeruman  adalah  proses  dan  aktivitas  yang  ditujukan  untuk  memperoleh gambaran  (model)  bentuk  permukaan  (topografi)  dasar  perairan  (seabed  surface).Proses penggambaran dasar perairan tersebut (sejak pengukuran, pengolahan hingga visualisasi)  disebut  dengan  survei  batimetri.  Model  batimetri  (kontur  kedalaman) diperoleh  dengan  menginterpolasikan  titi-titik  pengukuran kedalaman  bergantung pada skala model yang hendak dibuat.
Titik-titik pengukuran kedalaman berada pada lajur-lajur pengukuran kedalaman yang  disebut  sebagai  lajur  perum  (sounding  line).  Jarak  antar  titik-titik  fiks  perum pada  suatu  lajur  pemeruman  setidak-tidaknya  sama  dengan  atau  lebih  rapat  dari interval lajur perum. Salah satu fungsi dari hasil pemeruman adalah untuk reklamasi pantai. Pada kegiatan praktikum ini menggunakan Kapal Motor Balidra I dengan kapasitas 20 orang.

2.4.       PENGAMATAN PASANG SURUT
Pengamatan pasang surut (pasut) dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode pengamatan secara langsung dan pengamatan secara tidak langsung. Prinsip pengamatan pasang surut adalah mengamati perubahan kedudukan permukaan laut dala selang waktu tertentu. Pengamatan pasut pada survei batimetri adalah untuk mendefinisikan bidang referensi kedalaman (chart datum) dan rata – rata muka laut (MSL).
Stasiun pasang surut dipasang di dekat/dalam kedua ujung koridor rencana jalur survey dan masing-masing diamati selama minimal 15 hari terus-menerus dan pengamatan pasang surut dilaksanakan selama pekerjaan survei berlangsung. Secepatnya setelah pemasangan, tide gauge/staff dilakukan pengikatan secara vertikal dengan metode levelling (sipat datar) ke titik kontrol di darat yang terdekat, sebelum pekerjaan survei dilaksanakan dan pada akhir pekerjaan survey dilakukan.

0 komentar:

Posting Komentar