Desain Jaring Pengamatan GNSS Geodetik

Ditujukan sebagai tugas praktikum matakuliah Survei Satelit.

Pengamatan Titik Kontrol

Ditujukan sebagai base/stasiun kontrol, pengikatan terhadap ITN 01 dan DMG 5030.

GPS Trimble Juno SB

Ditujukan sebagai alat tracking pada saat praktikum Survei Satelit.

Pulau Plampong

Merupakan salah satu pulau terluar di indonesia, ditujukan sebagai pelaksaan Kerja Praktik Di Universitas Lampung.

Lintas sektoral pertanian lampung selatan

Ditujukan untuk penulisan laporan Praktik Kerja ITENAS Bandung.

Minggu, 26 Juni 2016

Menghitung Luas Hasil Klasifikasi Supervise

     
     Proses penghitungan luas berdasarkan klasifikasi supervise, yang sebelumnya telah dilakukan klasifikasi berdasarkan sample warna pixel (picture element).

      Untuk menghitung luasan , buka citra yang telah diklasifikasikan secara supervise, dengan format .hdr

1. File – Open Image File – jadi klas.hdr – Open 


Gambar 2.1 Pilih Citra .hdr

2              2. Load RGB untuk menampilkan citra, lalu pilih Classification – Post Classification – Class Statistic


Gambar 2.2 Dialog Penghitungan Luas



 Gambar 2.3 Memilih Citra Yang Aktif



 Gambar 2.4 Memilih Citra Yang Aktif


                  3. Setelah itu, akan tampil daftar klas yang telah kita buat sebelumnya Select All Item - OK



Gambar 2.5 Memilih Klas Yang Akan Dihitung Luasannya


                  4. Muncul tampilan Computer Statistics Parameter


Gambar 2.6 Memilih Format dan Tempat Penyimpanan


              5.  Maka akan muncul luasan berdasarkan klas yang kita buat sebelumnya


Gambar 2.7 Hasil Luasan


@fikriflux



Sabtu, 25 Juni 2016

SALINITAS LAUT

           SALINITAS

Salinitas didefinisikan sebagai jumlah berat garam yang terlarut dalam 1 liter air, biasanya dinyatakan dalam satuan 0/00 (per mil, gram perliter). Di perairan samudera, salinitas berkisar antara 340/00 – 350/00. Tidak semua organisme laut dapat hidup di air dengan konsentrasi garam yang berbeda. Secara mendasar, ada 2 kelompok organisme laut, yaitu organisme euryhaline, yang toleran terhadap perubahan salinitas, dan organisme stenohaline, yang memerlukan konsentrasi garam yang konstan dan tidak berubah. Kelompok pertama misalnya adalah ikan yang bermigrasi seperti salmon, eel, lain-lain yang beradaptasi sekaligus terhadap air laut dan air tawar. Sedangkan kelompok kedua, seperti udang laut yang tidak dapat bertahan hidup pada perubahan salinitas yang ekstrim. (Reddy, 1993).

Salinitas merupakan salah satu parameter lingkungan yang mempengaruhi proses biologi dan secara langsung akan mempengaruhi kehidupan organisme antara lain yaitu mempengaruhi laju pertumbuhan, jumlah makanan yang dikonsumsi, nilai konversi makanan, dan daya kelangsungan hidup. (Andrianto, 2005).

Kandungan garam  pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara definisi,kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai 5%. Lebih dari 5%, disebut brine. Air laut secara alami merupakan air saline dengan kandungan garam sekitar 3,5%. Beberapa danau garam di daratan dan beberapa lautan memiliki kadar garam lebih tinggi dari air laut umumnya. Sebagai contoh, Laut Mati memiliki kadar garamsekitar 30%.


Gambar 5. Sebaran Tingkat Salinitas Air Laut di Dunia


     Sebaran salinitas di laut
dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut (Nontji, 1993) :
-       pola sirkulasi air,
-       penguapan,
-       curah hujan, dan
-       aliran air sungai.

Di perairan lepas pantai yang dalam, angin dapat pula melakukan pengadukan lapisan atas hingga membentuk lapisan homogen sampai kedalaman 50-70 meter atau lebih tergantung dari intensitas pengadukan.Di lapisan dengan salinitas homogen suhu juga biasanya homogen, baru di bawahnya terdapat lapisan pegat dengan degradasi densitas yang besar yang menghambat pencampuran antara lapisan atas dengan lapisan bawah. (Nontji, 1993).

Salinitas mempunyai peran penting dan memiliki ikatan erat dengan kehidupan organisme perairan termasuk ikan, dimana secara fisiologis salinitas berkaitan erat dengan penyesuaian tekanan osmotik ikan tersebut.

Faktor – faktor yang mempengaruhi salinitas :
a.  Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan air lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya.
b.  Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitas air laut itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah hujan yang turun salinitas akan tinggi.
c. Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, makin banyak sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan rendah, dan sebaliknya makin sedikit sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitasnya akan tinggi.

Distribusi salinitas permukaan juga cenderung zonal. Air laut bersalinitas lebih tinggi terdapat di daerah lintang tengah dimana evaporasi tinggi. Air laut lebih tawar terdapat di dekat ekuator dimana air hujan mentawarkan air asin di permukaan laut, sedangkan pada daerah lintang tinggi terdapat es yang mencair akan menawarkan salinitas air permukaannya.
Di perairan lepas pantai yang dalam, angin dapat pula melakukan pengadukan di lapisan atas hingga membentuk lapisan homogen kira-kira setebal 50-70 m atau lebih bergantung intensitas pengadukan. Di perairan dangkal, lapisan homogen ini berlanjut sampai ke dasar. Di lapisan dengan salinitas homogen, suhu juga biasanya homogen. Baru di bawahnya terdapat lapisan pegat (discontinuity layer) dengan gradasi densitas yang tajam yang menghambat percampuran antara lapisan di atas dan di bawahnya. Di bawah lapisan homogen, sebaran salinitas tidak banyak lagi ditentukan oleh angin tetapi oleh pola sirkulasi massa air di lapisan massa air di lapisan dalam. Gerakan massa air ini bisa ditelusuri antara lain dengan mengakji sifat-sifat sebaran salinitas maksimum dan salinitas minimum dengan metode inti (core layer method).


Volume air dan konsentrasi dalam fluida internal tubuh ikan dipengaruhi oleh konsentrasi garam pada lingkungan lautnya. Untuk beradaptasi pada keadaan ini ikan melakukan proses osmoregulasi, organ yang berperan dalam proses ini adalah insang dan ginjal. Osmoregulasi memerlukan energi yang jumlahnya tergantung pada perbedaan konsentrasi garam yang ada antara lingkungan eksternal dan fluida dalam tubuh ikan. Toleransi dan preferensi salinitas dari organisme laut bervariasi tergantung tahap kehidupannya, yaitu telur, larva, juvenil, dan dewasa. Salinitas merupakan faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan reproduksi pada beberapa ikan dan distribusi berbagai stadia hidup. (Reddy, 1993).

SUHU LAUT

SUHU LAUT
Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul. Di samudera, suhu bervariasi secara horizontal sesuai garis lintang dan juga secara vertikal sesuai dengan kedalaman. Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme. Proses kehidupan yang vital yang secara kolektif disebut metabolisme, hanya berfungsi didalam kisaran suhu yang relative sempit biasanya antara 0-40°C, meskipun demikian bebarapa beberapa ganggang hijau biru mampu mentolerir suhu sampai 85°C.  Selain itu, suhu juga sangat penting bagi kehidupan organisme di perairan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas maupun perkembangbiakan dari organisme tersebut. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak dijumpai bermacam-macam jenis ikan yang terdapat di berbagai tempat di dunia yang mempunyai toleransi tertentu terhadap suhu. Ada yang mempunyai toleransi yang besar terhadap perubahan suhu, disebut bersifat euryterm. Sebaliknya ada pula yang toleransinya kecil, disebut bersifat stenoterm. Sebagai contoh ikan di daerah sub-tropis dan kutub mampu mentolerir suhu yang rendah, sedangkan ikan di daerah tropis menyukai suhu yang hangat. Suhu optimum dibutuhkan oleh ikan untuk pertumbuhannya. Ikan yang berada pada suhu yang cocok, memiliki selera makan yang lebih baik.

Gambar 5 Sebaran Suhu Di Laut Indonesia


  
Beberapa ahli mengemukakan tentang suhu :
-     Nontji (1987), menyatakan suhu merupakan parameter oseanografi yang mempunyai pengaruh sangat dominan terhadap kehidupan ikan khususnya dan sumber daya hayati laut pada umumnya.
-    Hela dan Laevastu (1970), hampir semua populasi ikan yang hidup di laut mempunyai suhu optimum untuk kehidupannya, maka dengan mengetahui suhu optimum dari suatu spesies ikan, kita dapat menduga keberadaan kelompok ikan, yang kemudian dapat digunakan untuk tujuan perikanan.
-   Nybakken (1988), sebagian besar biota laut bersifat poikilometrik (suhu tubuh dipengaruhi lingkungan) sehingga suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme.

Sesuai apa yg dikatakan Nybakken pada tahun 1988 bahwa Sebagian besar organisme laut bersifat poikilotermik (suhu tubuh sangat dipengaruhi suhu massa air sekitarnya), oleh karenanya pola penyebaran organisme laut sangat mengikuti perbedaan suhu laut secara geografik. Berdasarkan penyebaran suhu permukaan laut dan penyebaran organisme secara keseluruhan maka dapat dibedakan menjadi 4 zona biogeografik utama yaitu Kutub, Tropik, Beriklim sedang panas, Beriklim sedang dingin.

Terdapat pula zona peralihan antara daerah-daerah ini, tetapi tidak mutlak karena pembatasannya dapat agak berubah sesuai dengan musim. Organisme perairan seperti ikan maupun udang mampu hidup baik pada kisaran suhu 20-30°C. Perubahan suhu di bawah 20°C atau di atas 30°C menyebabkan ikan mengalami stres yang biasanya diikuti oleh menurunnya daya cerna (Trubus Edisi 425, 2005).

Oksigen terlarut pada air yang ideal adalah 5-7 ppm. Jika kurang dari itu maka resiko kematian dari ikan akan semakin tinggi. Namun tidak semuanya seperti itu, ada juga beberapa ikan yang mampu hidup suhu yang sangat ekstrim. Dari data satelit NOAA, contoh jenis ikan yang hidup pada suhu optimum 20-30°C adalah jenis ikan ikan pelagis. Karena keberadaan beberapa ikan pelagis pada suatu perairan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor oseanografi. Faktor oseanografis yang dominan adalah suhu perairan. Hal ini dsebabkan karena pada umumnya setiap spesies ikan akan memilih suhu yang sesuai dengan lingkungannya untuk makan, memijah dan aktivitas lainnya. Seperti misalnya di daerah barat Sumatera, musim ikan cakalang di Perairan Siberut puncaknya pada musim timur dimana SPL 24-26°C, Perairan Sipora 25-27°C, Perairan Pagai Selatan 21-23°C.

1.    Pengaruh suhu terhadap ikan
Menurut Laevastu dan Hela (1970), pengaruh suhu terhadap ikan adalah dalam proses metabolisme, seperti pertumbuhan dan pengambilan makanan, aktivitas tubuh, seperti kecepatan renang, serta dalam rangsangan syaraf. Pengaruh suhu air pada tingkah laku ikan paling jelas terlihat selama pemijahan. Suhu air laut dapat mempercepat atau memperlambat mulainya pemijahan pada beberapa jenis ikan. Suhu air dan arus selama dan setelah pemijahan adalah faktor-faktor yang paling penting yang menentukan “kekuatan keturunan” dan daya tahan larva pada spesies-spesies ikan yang paling penting secara komersil. Suhu ekstrim pada daerah pemijahan (spawning ground) selama musim pemijahan dapat memaksa ikan untuk memijah di daerah lain daripada di daerah tersebut.

2.    Dampak suhu terhadap ikan
Suhu berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan, mulai dari telur, benih sampai ukuran dewasa. Suhu air akan berpengaruh terhadap proses penetasan telur dan perkembangan telur. Rentang toleransi serta suhu optimum tempat pemeliharaan ikan berbeda untuk setiap jenis/spesies ikan, hingga stadia pertumbuhan yang berbeda. Suhu memberikan dampak sebagai berikut terhadap ikan :
a.    Suhu dapat mempengaruhi aktivitas makan ikan peningkatan suhu
b.    Peningkatan aktivitas metabolisme ikan
c.    Penurunan gas (oksigen) terlarut
d.   Efek pada proses reproduksi ikan
e.    Suhu ekstrim bisa menyebabkan kematian ikan. (Anonim, 2009. SITH ITB)

PASANG NAIK dan PASANG SURUT

PASANG NAIK & PASANG SURUT

Pasang laut adalah naik atau turunnya posisi permukaan perairanatau samudera yang disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi bulandan matahari.Ada tiga sumber gaya yang saling berinteraksi: laut, matahari, danbulan.Pasang laut menyebabkan perubahan kedalaman perairan danmengakibatkan arus pusaran yang dikenal sebagai arus pasang,sehingga perkiraan kejadian pasang sangat diperlukan dalamnavigasi pantai.Wilayah pantai yang terbenam sewaktu pasang naik dan terpaparsewaktu pasang surut, disebut mintakat pasang.



 Gambar 4. Pasang Surut Air Laut



1.    Priode Pasang Laut
Periode pasang laut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya.Panjang periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit.

2.    Penyebab Pasang Laut
Pasang laut merupakan hasil dari gaya gravitasi dan efek sentrifugal.Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi (bumi).Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari Matahari, namun gaya gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik Matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak Matahari kebumi.Gaya gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan Matahari dan menghasilkan dua tonjolan pasang surut gravitasional di laut.Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan Matahari.

3.    Pasang laut purnama (spring tide)

Terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang naik yang sangat tinggi dan pasang surut yang sangat rendah. Pasang laut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan  Pasang laut perbani (neap tide) terjadi ketika bumi,Øbulan purnama. bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang naik yang rendah dan pasang surut yang tinggi. Pasang laut perbani ini terjadi pada saat bulan seperempat dan tiga perempat.

GELOMBANG LAUT

GELOMBANG LAUT 

Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan air laut yang membentuk kurva / grafik sinusoidal. Gelombang laut disebabkan oleh angin. Angin di atas lautan mentransfer energinya ke perairan, menyebabkan riak-riak, alun / bukit, dan berubah menjadi apa yang kita sebut sebagai gelombang.


Gambar 3. Kerja Gelombang Laut


    Tipe Gelombang
Ada dua tipe gelombang, bila dipandang dari sisi  Gelombang pembangun / pembentuk pantai sifat-sifatnya. Yaitu: (Constructive wave)Yang termasuk gelombang pembentuk pantai, bercirikan mempunyai ketinggian kecil dan kecepatan rambatnya rendah. Sehingga saat gelombang tersebut pecah di pantai akan mengangkut sedimen(material pantai). Material pantai akan tertinggal di pantai (deposit) ketika aliran balik dari gelombang pecah meresap ke dalam pasir atau pelan-pelan  Gelombang perusak pantai (Destructive mengalir kembali ke laut. wave) Sedangkan gelombang perusak pantai biasanya mempunyai ketinggian dan kecepatan rambat yang besar (sangat tinggi). Air yang kembali berputar mempunyai lebih sedikit waktu untuk meresap kedalam pasir.Ketika gelombang datang kembali menghantam pantai akan ada banyak volume air yang terkumpul dan mengangkut material pantai menuju ke tengah laut atau ke tempat lain.

ARUS LAUT

       PENGERTIAN ARUS LAUT
   Arus laut adalah pergerakan massa air secara vertikal dan horizontal sehingga menuju keseimbangannya, atau gerakan air yang sangat luas yang terjadi di seluruh lautan di dunia. Arus juga merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dikarenakan tipuan angin atau perbedaan densitas atau pergerakan gelombang panjang.
  
1.    FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ARUS LAUT
     Terjadinya arus di lautan disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu :
 -     Faktor internal, seperti perbedaan densitas air laut, gradien tekanan mendatar dan gesekan lapisan air.
-  Faktor eksternal seperti gaya tarik matahari dan bulan yang dipengaruhi oleh tahanan dasar laut dan gaya coriolis, perbedaan tekanan udara, gaya gravitasi, gaya tektonik, dan angin.
                                                Gambar 1. Arus Laut


         2.      JENIS-JENIS ARUS LAUT
a.    Berdasarkan Proses Terjadinya:
-      Arus ekman: Arus yang dipengaruhi oleh angin.
-      Arus termohaline : Arus yang dipengaruhi oleh densitas dan gravitas.
-      Arus pasut : Arus yang dipengaruhi oleh pasut.
-    Arus Geostropik : Arus yang dipengaruhi oleh gradien tekanan mendatar dan gaya corolis.
-     Arus Wind driven current : Arus yang dipengaruhi oleh pola pergerakan angin dan terjadi pada lapisan permukaan.
b.   Berdasarkan Kedalamannya:
-     Arus permukaan : Terjadi pada beberapa ratus meter dari permukaan, bergerak dengan arah horizontal dan dipengaruhi oleh pola sebaran angin.
-   Arus dalam : Terjadi jauh di dasar kolom peraran, arah pergerakannya tidak dipengaruhi oleh pola sebaran angin dan membawa massa air dari daerah kutub ke daerah ekuator.

3.    PENGAMATAN ARUS LAUT
   Dilakukan untuk mengetahui arah dan kecepatan air laut pada kedalaman tertentu. Metode pengamatannya menggunakan Current Meter, yaitu dengan menempatkannya di beberapa stasiun pengamat di bawah permukaan laut.

Gambar 2. Current Meter

Keuntungan Current Meter:
·                      Dapat mengukur pada setiap kedalaman.
·                      Pencatatanya secara otomatis.
·                      Data Ukurannya relatif teliti.