Sepdian Syafikri 23-2014-028 @fikriflux
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1.
SURVEI
BATIMETRI
Pada survei batimetri pengukuran kedalaman dilakukan secara
simultan dengan pengukuran posisi horisontalnya, dimana kedalaman sendiri
dilakukan dengan alat ukur kedalaman yang menggunakan gelombang akustik,
sedangkan alat untuk posisi horisontalnya menggunakan prinsip penentuan posisi
dengan GPS. Faktor lain yang mempengaruhi pengukuran batimetri adalah dinamika
media air laut berupa pasang surut, sehingga sangat sulit untuk menentukan
objek yang sama pada waktu yang berbeda. Dengan demikian pengukuran pada
kedalaman dasar laut perlu dilakukan tiga pengukuran sekaligus pada waktu yang
bersamaan yaitu pengukuran kedalaman, pengukuran posisi alat ukur kedalaman,
pengukuran pasang surut. Dari ketiga data tersebut kemudian akan menjadi
informasi kedalaman laut pada posisi terhadap suatu bidang referensi (chart
datum).
Jalur sounding adalah jalur pelayaran kapal
yang melakukan sounding dari titik
awal sampai ke titik akhir dari kawasan survei. Jarak antar jalu sounding tergantung pada resolusi
ketelitian yang diinginkan pada praktikum kali ini, jaran antar jalur selebar
25 meter dan jarak untuk cross nya
selebar 50 meter.
Titik awal dan akhir
untuk tiap jalur sounding dicatat dan kemudian di input ke dalam alat pengukur yang dilengkapi dengan fasilitas GPS,
untuk dijadikan acuan lintasan kapal sepanjang jalur sounding.
Hasil dari survei
batimetri ini diolah dan digabung dengan hasil survei topografi sehingga
diperoleh peta darat-laut kawasan yang dikaji.
Penentuan posisi kapal survey dilaksanakan
menggunakan GPS receiver dengan metode Real Time Differential (DGPS)
dengan mengikuti prinsip survey yang baik dean menjamin tidak adanya keraguan
atas posisi yang dihasilkan. Lintasan kapal survey dipantau setiap saat melalui
layer monitor atau diplot pada kertas dari atas anjungan. System computer
navigasi memberikan informasi satelit GPS.
3.2.
PENGUKURAN
DETAIL SITUASI TOPOGRAFI
Pengukuran detail dilakukan
didaratan Waduk Jatiluhur, kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan nilai
ketinggian permukaan tanah, posisi muka air Waduk Jatiluhur dan tutupan lahan
nya. Pada kegiatan ini menggunakan alat electronic total station merek Topcon, 2 unit prisma, 2 unit statip
(tripod) , dan 1 unit stik prisma.
Pengukuran ini menggunakan polygon
terbuka yang koordinat awalnya telah diketahui dengan melakukan pengamatan GPS.
3.2.1. Pengukuran Poligon
Pengukuran dengan menggunakan
metode polygon terbuka, yang koordinat awalnya telah diketahui dari pengamatan
GPS.
Gambar
2.1. Pengukuran Poligon
Dalam membuat project baru,
penamaan diberikan berdasarkan nomor kelompok, memberikan nilai koordinat pada
Stasion tempat berdiri alat lalu memberikan nilai koordinat pada P1 yang
berfungsi sebagai BackSide.
3.2.2. Pengukuran Detil
Melakukan pengukuran terhadap
perubahan ketinggian areal daratan di tepi Waduk Jatiluhur untuk mendapatkan
model ketinggiannya. Melakukan pengukuran terhadap muka air, yaitu batas antara
permukaan air dan permukaan daratan. Melakukan pengukuran tutupan lahan yang
berada disekitar tepi waduk jati luhur, seperti jalan.
3.3.
PASANG
SURUT
Pengamatan pasang surut (pasut) dapat dilakukan dengan dua
metode, yaitu metode pengamatan secara langsung dan pengamatan secara tidak
langsung. Prinsip pengamatan pasang surut adalah mengamati perubahan kedudukan
permukaan laut dala selang waktu tertentu. Pengamatan pasut pada survei
batimetri adalah untuk mendefinisikan bidang referensi kedalaman (chart datum)
dan rata – rata muka laut (MSL).
Stasiun pasang surut dipasang di dekat/dalam kedua ujung
koridor rencana jalur survey dan masing-masing diamati selama minimal 15 hari
terus-menerus dan pengamatan pasang surut dilaksanakan selama pekerjaan survei
berlangsung. Secepatnya setelah pemasangan, tide gauge/staff dilakukan
pengikatan secara vertikal dengan metode levelling (sipat datar) ke titik
kontrol di darat yang terdekat, sebelum pekerjaan survei dilaksanakan dan pada
akhir pekerjaan survey dilakukan.
@fikriflux
0 komentar:
Posting Komentar