Sepdian Syafikri 23-2014-028 @fikriflux
DASAR TEORI
2.1.
PENGUKURAN
DETAIL SITUASI TOPOGRAFI
Pengukuran ini dimaksudkan untuk
mendapatkan model ketinggian dan tutupan lahan yang berada disekitar Waduk
Jatiluhur yang nantinya akan digabungkan dengan hasil pemeruman Waduk Jatiluhur.
Pada pengukuran ini alat yang digunakan adalah 1 unit electronic total station.
2.2.
PENGUKURAN
BATIMETRI
Batimetri (dari bahasa Yunani:
βαθυς, berarti “kedalaman”, dan μετρον, berarti “ukuran”) adalah ilmu yang
mempelajari kedalaman di bawah air dan studi tentang tiga dimensi lantai
samudra atau danau. Sebuah peta batimetri umumnya menampilkan relief lantai
atau dataran dengan garis-garis kontor (contour lines) yang disebut kontor kedalaman
(depth contours atau isobath), dan dapat memiliki informasi tambahan berupa
informasi navigasi permukaan.
Awalnya, batimetri mengacu kepada
pengukuran kedalaman samudra. Teknik-teknik awal batimetri menggunakan tali
berat terukur atau kabel yang diturunkan dari sisi kapal. Keterbatasan utama
teknik ini adalah hanya dapat melakukan satu pengukuran dalam satu waktu
sehingga dianggap tidak efisien. Teknik tersebut juga menjadi subjek terhadap
pergerakan kapal dan arus
Metode akustik merupakan
proses-proses pendeteksian target di laut dengan mempertimbangkan proses-proses
perambatan suara; karakteristik suara (frekuensi, pulsa, intensitas); faktor
lingkungan / medium; kondisi target dan lainnya. Aplikasi metode ini dibagi
menjadi 2, yaitu sistem akustik pasif dan sistem akustik aktif. Salah satu
aplikasi dari sistem aplikasi aktif yaitu Sonar yang digunakan untuk penentuan
batimetri. Sonar (Sound Navigation And Ranging): Berupa sinyal akustik yang
diemisikan dan refleksi yang diterima dari objek dalam air (seperti ikan atau
kapal selam) atau dari dasar laut. Bila gelombang akustik bergerak vertikal ke
dasar laut dan kembali, waktu yang diperlukan digunakan untuk mengukur
kedalaman air, jika c juga diketahui (dari pengukuran langsung atau dari data
temperatur, salinitas dan tekanan).Ini adalah prinsip echo-sounder yang
sekarang umum digunakan oleh kapal-kapal sebagai bantuan navigasi. Echo-sounder
komersil mempunyai lebar sinar 30-45o vertikal tetapi untuk aplikasi khusus
(seperti pelacakan ikan atau kapal selam atau studi lanjut dasar laut) lebar
sinar yang digunakan kurang 5o dan arahnya dapat divariasikan. Walaupun
menunjukkan pengaruh temperatur, salinitas dan tekanan pada laju bunyi dalam
air laut (1500 ms-1) relatif kecil dan sedikit perubahan pada c dapat
menyebabkan kesalahan pengukuran kedalaman dan kesalahan sudut akan menambah
keburukan resolusi.
Teknik echo-sounding untuk
menentukan kedalaman dan pemetaan dasar laut bertambah maju dengan
berkembangnya peralatan sonar seperti SeaBeam dan Hydrosweep yang merupakan
sistem echo-sounding multi-beam yang menentukan kedalaman air di sepanjang
swath lantai laut di bawah kapal penarik, menghasilkan peta-peta batimetri yang
sangat detail. Sidescan imaging system, sperti GLORIA (Geological Long Range
Inclined Asdic), SeaMARC, dan TOBI (Towed Oceand Bottom Instrument)
menghasilkan fotografi aerial yang sama atau citra-citra radar, menggunakan
bunyi atau microwave. Echo-sounding banyak juga digunakan oleh nelayan karena
ikan menghasilkan echo, dan kawanan ikan atau hewan lain dapat dikenali sebagai
lapisan-lapisan sebaran dalam kolom air (Supangat, 2003).
2.3.
PEMERUMAN/
SOUNDING
Pemeruman adalah
proses dan aktivitas
yang ditujukan untuk
memperoleh gambaran (model) bentuk
permukaan (topografi) dasar
perairan (seabed surface).Proses penggambaran dasar perairan
tersebut (sejak pengukuran, pengolahan hingga visualisasi) disebut
dengan survei batimetri.
Model batimetri (kontur
kedalaman) diperoleh dengan menginterpolasikan titi-titik
pengukuran kedalaman bergantung
pada skala model yang hendak dibuat.
Titik-titik pengukuran kedalaman
berada pada lajur-lajur pengukuran kedalaman yang disebut
sebagai lajur perum
(sounding line). Jarak
antar titik-titik fiks
perum pada suatu lajur
pemeruman setidak-tidaknya sama
dengan atau lebih
rapat dari interval lajur perum.
Salah satu fungsi dari hasil pemeruman adalah untuk reklamasi pantai. Pada
kegiatan praktikum ini menggunakan Kapal Motor Balidra I dengan kapasitas 20
orang.
2.4.
PENGAMATAN
PASANG SURUT
Pengamatan pasang surut (pasut) dapat dilakukan dengan dua
metode, yaitu metode pengamatan secara langsung dan pengamatan secara tidak
langsung. Prinsip pengamatan pasang surut adalah mengamati perubahan kedudukan
permukaan laut dala selang waktu tertentu. Pengamatan pasut pada survei
batimetri adalah untuk mendefinisikan bidang referensi kedalaman (chart datum)
dan rata – rata muka laut (MSL).
Stasiun pasang surut dipasang di dekat/dalam kedua ujung
koridor rencana jalur survey dan masing-masing diamati selama minimal 15 hari
terus-menerus dan pengamatan pasang surut dilaksanakan selama pekerjaan survei
berlangsung. Secepatnya setelah pemasangan, tide gauge/staff dilakukan
pengikatan secara vertikal dengan metode levelling (sipat datar) ke titik
kontrol di darat yang terdekat, sebelum pekerjaan survei dilaksanakan dan pada
akhir pekerjaan survey dilakukan.
0 komentar:
Posting Komentar