SALINITAS
Salinitas
didefinisikan sebagai jumlah berat garam yang terlarut dalam 1 liter air,
biasanya dinyatakan dalam satuan 0/00 (per mil, gram perliter). Di perairan
samudera, salinitas berkisar antara 340/00 – 350/00. Tidak semua organisme laut
dapat hidup di air dengan konsentrasi garam yang berbeda. Secara mendasar, ada
2 kelompok organisme laut, yaitu organisme euryhaline, yang toleran terhadap
perubahan salinitas, dan organisme stenohaline, yang memerlukan konsentrasi
garam yang konstan dan tidak berubah. Kelompok pertama misalnya adalah ikan
yang bermigrasi seperti salmon, eel, lain-lain yang beradaptasi sekaligus
terhadap air laut dan air tawar. Sedangkan kelompok kedua, seperti udang laut
yang tidak dapat bertahan hidup pada perubahan salinitas yang ekstrim. (Reddy,
1993).
Salinitas
merupakan salah satu parameter lingkungan yang mempengaruhi proses biologi dan
secara langsung akan mempengaruhi kehidupan organisme antara lain yaitu
mempengaruhi laju pertumbuhan, jumlah makanan yang dikonsumsi, nilai konversi
makanan, dan daya kelangsungan hidup. (Andrianto, 2005).
Kandungan
garam pada sebagian besar danau, sungai,
dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan
sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara
definisi,kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai
air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai 5%. Lebih dari 5%,
disebut brine. Air laut secara alami merupakan air saline dengan kandungan
garam sekitar 3,5%. Beberapa danau garam di daratan dan beberapa lautan
memiliki kadar garam lebih tinggi dari air laut umumnya. Sebagai contoh, Laut
Mati memiliki kadar garamsekitar 30%.
Gambar 5.
Sebaran Tingkat Salinitas Air Laut di Dunia
Sebaran salinitas di laut
dipengaruhi oleh
beberapa faktor menurut (Nontji, 1993) :
- pola sirkulasi
air,
- penguapan,
- curah hujan, dan
- aliran air sungai.
Di perairan lepas
pantai yang dalam, angin dapat pula melakukan pengadukan lapisan atas hingga
membentuk lapisan homogen sampai kedalaman 50-70 meter atau lebih tergantung
dari intensitas pengadukan.Di lapisan dengan salinitas homogen suhu juga
biasanya homogen, baru di bawahnya terdapat lapisan pegat dengan degradasi
densitas yang besar yang menghambat pencampuran antara lapisan atas dengan lapisan
bawah. (Nontji, 1993).
Salinitas
mempunyai peran penting dan memiliki ikatan erat dengan kehidupan organisme
perairan termasuk ikan, dimana secara fisiologis salinitas berkaitan erat
dengan penyesuaian tekanan osmotik ikan tersebut.
Faktor – faktor yang
mempengaruhi salinitas :
a. Penguapan, makin
besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka salinitasnya tinggi dan
sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan air lautnya, maka daerah
itu rendah kadar garamnya.
b. Curah hujan, makin
besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitas air laut itu akan
rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah hujan yang turun salinitas akan
tinggi.
c. Banyak sedikitnya
sungai yang bermuara di laut tersebut, makin banyak sungai yang bermuara ke
laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan rendah, dan sebaliknya makin
sedikit sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitasnya akan tinggi.
Distribusi
salinitas permukaan juga cenderung zonal. Air laut bersalinitas lebih tinggi
terdapat di daerah lintang tengah dimana evaporasi tinggi. Air laut lebih tawar
terdapat di dekat ekuator dimana air hujan mentawarkan air asin di permukaan
laut, sedangkan pada daerah lintang tinggi terdapat es yang mencair akan
menawarkan salinitas air permukaannya.
Di perairan lepas
pantai yang dalam, angin dapat pula melakukan pengadukan di lapisan atas hingga
membentuk lapisan homogen kira-kira setebal 50-70 m atau lebih bergantung
intensitas pengadukan. Di perairan dangkal, lapisan homogen ini berlanjut
sampai ke dasar. Di lapisan dengan salinitas homogen, suhu juga biasanya
homogen. Baru di bawahnya terdapat lapisan pegat (discontinuity layer) dengan
gradasi densitas yang tajam yang menghambat percampuran antara lapisan di atas
dan di bawahnya. Di bawah lapisan homogen, sebaran salinitas tidak banyak lagi
ditentukan oleh angin tetapi oleh pola sirkulasi massa air di lapisan massa air
di lapisan dalam. Gerakan massa air ini bisa ditelusuri antara lain dengan
mengakji sifat-sifat sebaran salinitas maksimum dan salinitas minimum dengan
metode inti (core layer method).
Volume air dan
konsentrasi dalam fluida internal tubuh ikan dipengaruhi oleh konsentrasi garam
pada lingkungan lautnya. Untuk beradaptasi pada keadaan ini ikan melakukan
proses osmoregulasi, organ yang berperan dalam proses ini adalah insang dan
ginjal. Osmoregulasi memerlukan energi yang jumlahnya tergantung pada perbedaan
konsentrasi garam yang ada antara lingkungan eksternal dan fluida dalam tubuh
ikan. Toleransi dan preferensi salinitas dari organisme laut bervariasi
tergantung tahap kehidupannya, yaitu telur, larva, juvenil, dan dewasa.
Salinitas merupakan faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan reproduksi
pada beberapa ikan dan distribusi berbagai stadia hidup. (Reddy, 1993).